Senin, 11 Juli 2011

Pendidikan di Indonesia


Berangkat dari jaman Presiden Soekarno, kemudian Soeharto hingga saat ini. Sudah beberapa kali system pendidikan Nasional Bangsa ini berubah-ubah. Namun mengapa tidak pernah selesai. Artinya satu system akan berhasil apabila dia dituntaskan. Namun apa yang terjadi setiap kali perubahan Presiden dan Menteri maka berubah pula kebijakan tentang system pendidikan nasional ini. Padahal system pendidikan Nasional bukanlah milik Presiden, Menteri ataupun Partai Politik. Lalu sebenarnya apa yang menjadi tujuan dasar sebuah pendidikan ? Pernahkah anda berfikir untuk menyekolahkan anak anda semata-mata hanya untuk mendapat nilai 9 di Raport? Kemudian diakhir sekolah dia menjadi pengangguran? Atau tidak ada bedanya mendapat angka 5 di raport namun akhirnya menjadi seorang yang sukses dan terkenal? Disini perlu diperhatikan tujuan kita untuk sekolah. Sekolah sebagai saran dan tempat mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang akan membuat kita mengenal, tahu, dan bisa melakukan hal-hal yang baru dengan cara yang cerdas dan efisien. Tidak sekedar membina dan mendidik para siswanya untuk menghadapi Ujian Nasional. Ujian yang akan mempertaruhkan 3 tahun pembelajaran dan jerih payah siswa. Kita menginginkan pemerintah lebih serius dan cerdas dalam memilih jenis Sistem Pendidikan. Jangan hanya main comot dari Negara luar yang sudah berhasil system pendidikannya. Hal ini akan berhasil apabila semua system dan prasarana yang ada sudah seperti Negara dimana system tersebut diadopsi. Jangan memaksakan suatu system sementara sarana dan prasarana belum diperbaharui. Masih banyak gedung sekolah dasar bahkan SLTP yang masih tidak layak huni. Masih banyak para pengajar kita yang sore harinya menjadi pemulung, dan malam harinya menjadi tukang ojek untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka. Kalau hal ini masih terjadi bagaimana seorang Guru bisa berkonsentrasi pada apa yang akan disampaikan/diajarkan esok harinya sementara malamnya dia tidak sempat melakukan persiapan gara-gara harus ngojek. System pendidikan nasional kita sekarang ini masih mengedepankan pada pencapaian berbasis nilai bukan pada keterampilan dan competency. Sehingga kita tidak perlu bertanya dan bingung mengapa banyak sarjana yang nganggur, peserta olimpiade fisika yang tidak lulus Ujian Nasional dan banyak lagi hal-hal yang menggelikan dari sistem pendidikan ini.


Pendidikan Indonesia selalu gembar-gembor tentang kurikulum baru yang katanya lebih oke lah, lebih tepat sasaran, lebih kebarat-baratan atau apapun. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dengan menguji cobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Di balik perubahan kurikulum yang terus-menerus, yang kadang kita gak ngeh apa maksudnya, ada elemen yang benar-benar terlupakan...Yaitu guru! Ya, guru di Indonesia hanya 60% yang layak mengajar sisanya, masih perlu pembenahan. Kenapa hal itu terjadi? Tak lain tak bukan karena kurang pelatihan skill, kurangnya pembinaan terhadap kurikulum baru, dan kurangnya gaji. Masih banyak guru honorer yang kembang kempis ngurusin asap dapur rumahnya agar terus menyala. Guru, digugu dan ditiru....Masihkah? atau hanya slogan klise yang sudah kuno. Murid saja sedikit yang menghargai gurunya, demikian juga pemerintah. banyak yang memandang rendah terhadap guru, sehingga orang pun tidak termotivasi menjadi guru. Padahal, tanpa sosok Oemar Bakri ini, tak bakal ada yang namanya Habibi.

Sebagai rakyat yang harus mengabdi pada aturan – aturan yang berlaku tentunya jarang sekali apa yang kita inginkan terhadap negeri ini dapat tersalurkan dengan baik, jadi penulis harapkan semoga Pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi, jangan hanya ikut – ikutan Negara lain karena negeri ini akan menjadi lebih baik jika kita menjadi diri sendiri dan berusaha agar masa depan penerus bangsa menjadi lebih cerah seceran mentari pada pagi hari dan penulis berharap agar mata pelajaran budi pekerti tetap ada di setiap sekolah dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas agar para peserta didik dapat menghargai serta menghormati para guru – guru mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar